Menu

Mode Gelap
Kapolsek Sulabesi Barat Ubah Cara Polisi Dekati Warga Ramah Tamah BPK di Ternate, Bupati Sula Serukan Sinergi Pengelolaan Keuangan Daerah Bupati Sula Panen Tomat Bersama Kelompok Tani Wai Balanda Buka Akses Digital, Bupati Sula Serahkan Bantuan Starlink Polres Sula Bongkar Kasus Ayah Bejat Perkosa Anak Kandung Korban Digitalisasi, Akankah Koran di Ternate Tinggal Sejarah?

Opini

Korban Digitalisasi, Akankah Koran di Ternate Tinggal Sejarah?

badge-check


Foto: M. Alfikri Usman. (doc: Karikatur) Perbesar

Foto: M. Alfikri Usman. (doc: Karikatur)

Oleh : M. Alfikri Usman

Perkembangan media cetak di Indonesia dimulai selama periode kolonialisasi Belanda, ketika surat kabar pertama diterbitkan oleh VOC. Pada mulanya, media ini digunakan untuk kepentingan pemerintah, tetapi seiring waktu, surat kabar menjadi alat penting dalam perjuangan kemerdekaan karena mampu membangkitkan kesadaran nasional dan menjadi sumber informasi utama bagi masyarakat. Sejak saat itu, media cetak mengalami pertumbuhan yang pesat hingga mencapai puncaknya setelah kemerdekaan dan di masa Orde Baru. Namun, dengan munculnya era digital yang dimulai pada akhir abad ke-20, media cetak menghadapi ancaman serius, karena internet memungkinkan distribusi berita secara cepat, interaktif, dan dapat diakses kapan saja, menawarkan pengalaman yang sangat berbeda dibandingkan dengan surat kabar konvensional.

Di tengah semakin meluasnya pengaruh media digital, pertanyaan tentang masa depan media cetak menjadi penting, termasuk di kota Ternate. Pola konsumsi berita masyarakat Ternate, yang mencerminkan perbandingan antara surat kabar dan media digital, adalah langkah signifikan dan tepat. Berdasarkan pandangan saya mengenai perkembangan media secara umum, surat kabar di Ternate kemungkinan besar telah menjadi korban dari perkembangan digital yang pesat.

Berbagai pakar di bidang komunikasi dan media telah memberikan pandangan mengenai masa depan media cetak di era digital. Menurut Becker Friedimna Institute, adopsi internet yang meluas telah menyebabkan penurunan yang signifikan dalam jumlah pembaca dan sirkulasi media cetak. Penurunan ini berdampak langsung pada pendapatan perusahaan media cetak, sehingga memaksa mereka untuk efisiensi, termasuk pengurangan staf.

Kehadiran media digital, khususnya media sosial dan portal berita online, telah membuat sebagian masyarakat, terutama generasi Z, beralih ke media sosial dan platform digital sebagai sumber informasi utama. Riset YouGov (2025) menunjukkan bahwa 81% masyarakat Indonesia aktif menggunakan media sosial, dan tren ini juga terlihat di Kota Ternate, yang dapat mengubah cara kita berinteraksi dan berkomunikasi, di mana konektivitas internet semakin meluas dan penggunaan ponsel menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Hal ini membuat sulit membayangkan bahwa koran cetak bisa tetap bertahan sebagai sumber informasi utama, karena berita yang dimuat di koran sering kali sudah kadaluarsa pada saat dibaca, karena informasi tersebut telah lebih dulu viral di media sosial atau dirilis di situs berita online. Media digital menawarkan berita dengan cepat, interaktif, dan dapat diakses kapan saja dan di mana saja.

Namun, ada beberapa aspek yang membuat hasil ini tetap relevan dan menarik. Pertama, kelompok masyarakat yang lebih tua, yang terbiasa membaca koran sejak lama, mungkin masih mempertahankan kebiasaan itu. Bagi mereka, memegang koran mencium aroma tinta, dan membaca berita secara rutin bisa memberikan pengalaman yang tidak dapat digantikan oleh media digital. Faktor ini bisa menjadi salah satu variabel kunci dalam hasil tersebut. Kedua, kita perlu mempertimbangkan bahwa di Ternate masih ada wilayah yang memiliki keterbatasan akses internet. Di lokasi-lokasi tertentu, koran cetak masih bisa menjadi sumber informasi yang penting.

Selain itu, ada beberapa media yang masi mengunakan media cetak sekaligus media online salah satunya Malutpost beradaptasi. Apakah mereka berhasil melakukan konvergensi media dengan mengintegrasikan konten cetak mereka ke dalam platform digital? Ini penting untuk menilai apakah strategi ini berhasil dan apakah masyarakat Ternate mengikuti perpindahan media ini.

Pada akhirnya, ini mungkin akan mengungkap kenyataan pahit bagi para pelaku industri media cetak. Namun, kenyataan ini tidak seharusnya menjadi akhir dari segalanya. Sebaliknya, hal ini bisa menjadi awal baru bagi media cetak untuk mengembangkan strategi yang berbeda. Mungkin mereka perlu berkonsentrasi pada para pembaca yang setia, atau beralih sepenuhnya ke platform digital yang dikelola secara profesional. Konten yang lebih mendalam, analisis, atau laporan investigasi yang tidak bisa ditemukan di media sosial, bisa menjadi keunggulan yang membedakan mereka dari yang lain.

Secara singkat, surat kabar di Ternate sudah tidak lagi menjadi sumber utama informasi. Namun, temuan mengenai hal ini akan memberikan gambaran yang lebih terang tentang bagaimana perubahan terjadi dalam lanskap media lokal, serta bisa menjadi pelajaran yang berharga bagi industri media di seluruh Maluku Utara. Meskipun hasilnya mungkin tidak mengejutkan, rincian di dalamnya akan sangat bernilai. Ini bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sebuah momen penting bagi media cetak untuk merancang strategi inovatif agar tetap bertahan dan relevan di era digital yang terus berkembang.

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Krisis Ekonomi dan Doktrin Sosial

10 Oktober 2025 - 19:18 WIT

Krisis Ekonomi dan Doktrin Sosial

Caffe dan Jejak Intelektual

10 Oktober 2025 - 15:27 WIT

caffe dan jejak intelektual

Musafir

8 Oktober 2025 - 20:37 WIT

Musafir

Menghina Butuh Literasi

20 September 2025 - 16:34 WIT

Menghina butuh literasi.

Biologi, Teologi, dan Emansipasi Perempuan

19 September 2025 - 12:44 WIT

Emansipasi perempuan
Trending di Opini