Menu

Mode Gelap
Kasus Laka Laut Sula Masuk Tahap Akhir, Berkas Dua Nakhoda Sudah di Kejaksaan Polres Kepulauan Sula Bagikan Bansos kepada Ojek Pangkalan Kapolsek Sulabesi Barat Ubah Cara Polisi Dekati Warga Ramah Tamah BPK di Ternate, Bupati Sula Serukan Sinergi Pengelolaan Keuangan Daerah Bupati Sula Panen Tomat Bersama Kelompok Tani Wai Balanda Buka Akses Digital, Bupati Sula Serahkan Bantuan Starlink

Kepsul

Pasien Melahirkan Meninggal, RSUD Akui Ada Miskomunikasi

badge-check


Foto: Dirut RSUD Sanana, Ulia Handayani Ngofangare. (doc: bacaritamalut.com) Perbesar

Foto: Dirut RSUD Sanana, Ulia Handayani Ngofangare. (doc: bacaritamalut.com)

BACARITAMALUT.COM Peristiwa persalinan di RSUD Sanana, Kabupaten Kepulauan Sula, Maluku Utara, berujung duka. Seorang perempuan bernama Raina Umaternate meninggal dunia, Sabtu (13/9) dini hari, setelah mengalami pendarahan pasca melahirkan.

Kepala Dinas Kesehatan Kepulauan Sula, Suryati Abdullah, saat diwawancarai awak media, Senin (15/9/2025), menyampaikan pihaknya langsung memerintahkan audit.

“Setelah saya mendapatkan informasi dari Ibu Dirut RSUD, saya langsung ke TKP dan perintahkan audit internal terkait dengan standar SOP maupun prosedur yang digunakan oleh teman-teman. Pada hari berikutnya kami juga lakukan audit sampai malam untuk mencocokkan keterangan medis dengan rekaman CCTV,” ujarnya.

Suryati menjelaskan, kondisi pasien awalnya stabil hingga proses persalinan berjalan normal. Namun, plasenta tidak keluar.

“Pasien masuk masa kritis dua jam setelah melahirkan. Ada langkah-langkah emergency, tetapi dokter harus memastikan kondisi umum karena tiba-tiba tensi pasien turun,” katanya.

Ia juga menyoroti masalah transfusi darah yang terkendala teknis dan komunikasi. “Darah dalam kondisi beku perlu waktu 45 sampai 60 menit untuk diproses. Saya melihat ada miskomunikasi informasi sehingga keluarga panik,” tutur Suryati.

Sementara itu, Direktur RSUD Sanana, Ulia Handayani Ngofangare, mengakui adanya kesalahpahaman.

“Itu ada miskomunikasi karena kepanikan keluarga. Darah belum bisa langsung masuk tanpa hasil pemeriksaan HB, tetapi keluarga mendesak,” ujarnya.

Ulia juga menegaskan pihaknya tetap memproses hukum terkait pengrusakan fasilitas RSUD yang terjadi.

“Yang merusak bukan keluarga pasien, melainkan orang luar yang tidak terlihat saat pasien dirawat. Bahkan, sesuai pengakuan, pendonor yang bersangkutan dalam kondisi mabuk,” katanya.

Meski demikian, ia menyebut RSUD terbuka terhadap mediasi. “Kalau ada jalur mediasi, itu yang kami pilih sebagai langkah terbaik bagi semua pihak,” tandasnya.

Untuk diketahui, peristiwa ini bermula ketika kondisi pasien dilaporkan kritis akibat pendarahan. Keluarga meminta darah segera diberikan karena rumah sakit memiliki stok. Namun, petugas menyampaikan darah baru bisa dipakai jika keluarga lebih dulu mencari donor.

Keluarga tetap memohon agar stok darah digunakan sementara demi keselamatan pasien, mengingat waktu subuh sulit mencari pendonor. Sejak awal persalinan, pasien bahkan disebut tidak diberikan cairan infus.

Permintaan tersebut dipenuhi setelah situasi semakin genting. Darah akhirnya dipasang, tetapi sudah terlambat. Tak lama setelah transfusi dimulai, pasien dinyatakan meninggal dunia. (Red)

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Kasus Laka Laut Sula Masuk Tahap Akhir, Berkas Dua Nakhoda Sudah di Kejaksaan

22 Oktober 2025 - 18:44 WIT

Kasus laka laut sula masuk tahap akhir

Polres Kepulauan Sula Bagikan Bansos kepada Ojek Pangkalan

22 Oktober 2025 - 12:50 WIT

polres Kepulauan Sula, bagikan Bansos kepada Ojek Pangkalan

Kapolsek Sulabesi Barat Ubah Cara Polisi Dekati Warga

19 Oktober 2025 - 12:30 WIT

Kapolsek Sulabesi Barat Ubah Cara Polisi Dekati Warga

Ramah Tamah BPK di Ternate, Bupati Sula Serukan Sinergi Pengelolaan Keuangan Daerah

18 Oktober 2025 - 12:37 WIT

Buka Akses Digital, Bupati Sula Serahkan Bantuan Starlink

16 Oktober 2025 - 19:36 WIT

Bupati Sula Serahkan Bantuan Starlink
Trending di Pemerintahan